Mengenal Uang Masa Depan (Bitcoin)



Dulu tidak pernah ada yang menduga bahwa ada era di mana orang bisa membeli sesuatu dengan dengan menggunakan kartu plastik. Bank-bank banyak menerbitkan kartu kredit sebagai pengganti uang kertas yang “merepotkan”. Keefektifan kartu kredit telah membawa budaya baru bagi masyarakat urban yang menginginkan instan dan berhutang secara “elegan”. Apalagi sekarang ini kartu kredit mudah didapat, cukup dengan fotokopi KTP dan slip gaji saja. Kalau Anda rajin membayar cicilan, tidak pernah telat, maka Anda menjadi “sasaran empuk” marketing kartu kredit untuk menawarkan produk dari bank-bank yang berbeda. Apalagi dengan adanya kartu kredit belanja online menjadi lebih mudah.
Setelah era kartu kredit, muncul pula era PayPal. Sebenarnya ini “saudara kembar” dari kartu kredit juga karena  untuk mendapatkan akun di payment gateway ini membutuhkan verifikasi credit card. Namun adanya PayPal bisa memudahkan mereka yang tidak punya kartu kredit karena bisa menggunakan jasa penyedia VCC (virtual credit card)Sekarang ini banyak juga merchant-merchant yang menyediakan fasilitas dengan pembayaran PayPal untuk memudahkan transaksi. Bahkan ada jasa yang menjual pencairan PayPal dengan kurs yang bersaing. Mirip dengan money changer tapi versi PayPal. Transaksinya mudah, cukup mentransfer nominal PayPal yang ingin ditukar ke rupiah dan nanti pihak penyedia jasa akan mentransfer ke rekening bank lokal sejumlah nilai rupiahnya. Hal ini cukup membantu karena sampai sekarang ada hambatan regulasi dari bank di Indonesia untuk mencairkan PayPal.
Kini muncul mata uang baru yang bernama Bitcoin. Jika rupiah kodenya IDR, dollar Amerika USD, maka Bitcoin berkode BTC. Kursnya tidak tanggung-tanggung, yaitu 1 BTC senilai $450. Bitcoin merupakan digital currency yang sedang naik daun dan menjadi incaran para investor global.   Dan sebagai mata uang digital, menyimpan Bitcoin bukanlah di dompet atau brankas, tapi di wallet service di mana Anda harus menghafal (tidak lupa) passwordnya. Jika Anda lupa, maka Bitcoin tersebut akan selamanya terkunci dan tidak akan bisa diakses selamanya.
Berbeda dengan kurs lain, Bitcoin sangat fluktuatif. Harganya bisa berubah cepat dalam satu hari. Misalnya pagi ini dibuka dengan harga $450, siangnya bisa saja turun menjadi $420. Malamnya bisa naik menjadi $480. Marjinnya memang cukup tinggi dan sangat cocok untuk para trader atau investor yang berani mengambil resiko. Jika Anda tidak berani mengambil resiko, lebih baik tidak perlu mencoba menambang Bitcoin karena resiko kerugiannya juga cukup besar.  Dan sebagai informasi tambahan, Bitcoin yang diciptakan sejak 2009 ini baru ditambang 50 persen dari total 21 juta yang tersedia. Cukup menggiurkan, bukan?
Sayangnya, hingga saat ini investasi Bitcoin masih belum legal di Indonesia. Pemerintah sendiri masih belum menetapkan apakah Bitcoin termasuk mata uang atau malah komoditas. Di negara maju seperti Amerka, Bitcoin dianggap sebagai komoditas walaupun pada prakteknya tetap saja digunakan sebagai alat pembarayan.
Apakah Bitcoin bisa menjadi komoditas (jika dianggap komoditas) yang menguntungkan buat masyarakat dunia? Diprediksikan bahwa penambangan Bitcoin masih terus berlangsung dan baru berakhir tahun 2024. Apalagi kursnya terus menerus meningkat meski sangat fluktuatif. Sebagai contoh, saat pertama kali diperkenalkan, nilainya hanya belasan atau puluhan dollar saja. Namun sekarang (enam hingga tujuh tahun kemudian) nilainya berlipat-lipat lebih dari 100 persen.
Jika Anda tertarik menambang Bitcoin, cobalah dengan modal kecil terlebih dulu. Biasanya para penambang menggunakan software untuk menambang.  Setelah jago, baru bisa mencoba yang lebih expert lagi.
Namun jika Anda ingin berinvestasi secara “konservatif” dengan metode terbaru, mengapa tidak coba platform KoinWorks? Sebuah platform yang mempertemukan pelaku usaha dengan pemodal. Berbeda dengan Bitcoin yang masih baru sebagai instrumen investasi dan potensi masa depannya masih belum bisa diraba secara akurat, bisnis UMKM sudah jelas dan terukur. Meski tentu ada juga usaha yang bangkrut dalam waktu relatif singkat, namun ada pula yang berhasil dan bertahan hingga puluhan tahun. Jika Anda berniat untuk investasi ke “yang pasti-pasti aja”, maka cobalah mencarinya di KoinWorks, sebuah platform peer to peer lending yang bisa dijadikan referensi utama investasi.
bitcoin di indonesia



“Apa itu Bitcoin” adalah salah satu keyword terbanyak yang dicari di Google, membuktikan bagaimana besarnya keingintahuan publik akan “benda” ini.
Tidak terasa usia Bitcoin sudah menginjak 9 tahun, sejak diperkenalkan pertama kali di Januari 2009 oleh (para) penciptanya, Satoshi Nakamoto.

Sejarah bitcoin

Satoshi Nakamoto: penemu Bitcoin

Profil Satoshi Nakamoto ini tidak kalah menarik dengan Bitcoin sendiri, karena sampai saat ini tidak pernah diketahui secara pasti siapa dia (pribadi ataupun kelompok) sebenarnya.
apa itu bitcoinAda yang bilang bahwa Satoshi Nakamoto adalah seorang berkewarganegaraan Jepang dan berusia 36 tahun. Ada juga yang mengatakan bahwa nama tersebut sebenarnya adalah nama alias dari sekelompok software developer asal Inggris. Tidak ada satupun yang bisa dibuktikan kebenarannya.
Setelah peluncuran Bitcoin, Satoshi membuat beberapa tulisan tentang Bitcoin dan sistem keuangan, serta mengumumkan bahwa dia telah mengundang banyaksoftware developer untuk membantu bersama-sama mengembangkan sistem Bitcoin.
Pada bulan April 2011, melalui sebuah pesan kepada salah seorang developer, Satoshi Nakamoto menyampaikan bahwa dia akan berpindah untuk mengurus hal yang lain. Dan sejak saat dia tidak pernah terdengar lagi.
Tapi tidak begitu penting siapa sebenarnya penemu Bitcoin, yang penting adalah kehandalan formulasi, keamanan dan legitimasi Bitcoin itu sendiri. Bagi yang penasaran banget, silakan baca-baca di whitepaper nya Satoshi.
Bisa juga dibrowsing tentang bagaimana fomulasi dan legitimasi Bitcoin ini sudah dites oleh banyak ahli-ahli komputer dan system security di dunia. Impresif.

Alasan pembuatan Bitcoin

Bitcoin diperkenalkan pertama kali oleh Satoshi Nakamoto pada 3 Januari 2009, dengan tujuan untuk menciptakan sistem kas elektronik baru. Walaupun bernama Bitcoin, namun bentuknya adalah bit, bukan koin.
Bitcoin tidak berbentuk logam, perak emas ataupun kertas. Bitcoin yang diperkenalkan hanya berbentuk 31 ribu baris kode melalui sebuah pengumuman di internet.
Bitcoin dibuat sebagai bentuk ketidakpuasan Satoshi Nakamoto atas sistem keuangan yang ada saat ini, terutama setelah krisis keuangan di tahun 2008 lalu. Dia ingin merubah itu semua dengan membuat sebuah sistem kas (alat tukar) yang kebal terhadap kebijakan moneter yang sering berubah dan juga “permainan” para banker dan politisi.
Bitcoin dikontrol 100% oleh software dan bersifat open manner. Artinya kode pemrograman tersebut dapat dilihat dan diperiksa oleh semua orang di dunia sehingga tidak ada rahasia yang tersembunyi dan tidak ada conflict of interest.

Apa itu bitcoin

Bitcoin adalah alat transaksi global, serupa dengan uang yang kita kenal saat ini, hanya saja berbentuk digital, tidak mengenal batas wilayah dan terdesentralisasi.
Desentralisasi disini adalah suatu sistem dimana keseluruhan pengambilan keputusan diserahkan kepada para pengguna sistem tersebut dan tidak ada pihak yang dapat memaksakan kehendaknya kepada pihak lain tanpa persetujuan mayoritas pengguna sistem.
Jika menurut jurnal aslinya, Bitcoin didefinisikan sebagai peer-to-peer cash system. Apa artinya? Sebuah sistem kas dimana transaksi langsung terjadi antara dua pihak tanpa melibatkan perantara.

Permasalahan dengan mata uang konvensional

Permasalahan yang dimaksud digambarkan dengan baik oleh Satoshi Nakamoto melalui tulisannya:
“The root problem with conventional currency is all the trust that’s required to make it work. The central bank must be trusted not to debase the currency, but the history of fiat currencies is full of breaches of that trust. Banks must be trusted to hold our money and transfer it electronically, but they lend it out in waves of credit bubbles with barely a fraction in reserve.”
Intinya adalah semua alat pembayaran atau mata uang hanya bisa berjalan dengan baik jika ada kepercayaan di dalam sistemnya. Namun pada kenyataannya, dengan adanya intermediary seperti bank, maka, secara kasar, uang yang sama bisa dibelanjakan berkali-kali. Saya jelaskan di poin berikutnya.

Efek multiplier bank

Dalam ilmu keuangan, bank adalah pihak yang menentukan terjadinya efek multiplier uang. Contoh gampang efek ini: Si A memiliki uang Rp 10 juta, yang kemudian ditabung di Bank X. Bank X kemudian meminjamkan Rp 8 juta kepada si B. Si B kemudian menyimpan uang tersebut di Bank Y. Selanjutnya Bank Y meminjamkan Rp 6.4 juta kepada si C.
Dari alurnya, total uang yang bergerak ini sebenarnya hanya menggunakan uang sebesar Rp 10 juta milik si A. Dari sudut pandang ekonomi, hal ini bagus untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi. Namun bisa menjadi masalah dalam rantai keuangan ini jika ada 1 pihak yang bermasalah.
Hal ini bisa dipelajari pada kasus subprime mortgage di AS pada 2007-2008 lalu, saat sekuritisasi kredit perumahan yang bermasalah berdampak luas pada perekonomian secara global.

Bitcoin vs uang biasa

Dengan membandingkan dengan konsep mengenai uang konvensional dan sistem perantara perbankan, kita bisa melihat beberapa keunikan dari Bitcoin dibanding uang biasa.

#1 Bitcoin memiliki jumlah yang terbatas

Bitcoin hanya diciptakan sebanyak 21 juta unit yang akan keluar secara bertahap selama 20 tahun. Dengan demikian maka hukum supply dan demand berlaku disini, dimana harga ditentukan di pasar. Berbeda dengan uang biasa yang bisa dicetak kapan pun oleh regulator.

#2 Hak untuk memindahtangankan

Karena berbentuk crypto, maka pemilik Bitcoin memiliki hak sepenuhnya untuk memindahtangankan Bitcoin yang dimiliki kepada pihak lain. Berbeda dengan uang biasa dimana institusi keuangan bisa memindahtangankan uang kita seperti dijelaskan dalam ilustrasi tentang efek multiplier bank.

#3 Regulasi dan sentralisasi

Uang konvensional/biasa menggunakan sistem sentralisasi dimana kewenangan untuk mengatur dan mencetak uang ada di bank sentral masing-masing negara. Tidak ada pihak lain yang bisa menciptakan “uangnya” sendiri. Dengan Bitcoin dan cryptocurrency, semua orang bisa menciptakan uang digital sendiri secara terdesentralisasi.

#4 Privasi

Semua transaksi menggunakan uang biasa dan sistem perbankan bisa ditelusuri melalui mutasi rekening. Bedanya dengan Bitcoin, semua orang bisa melihat perpindahan Bitcoin yang terjadi, namun tidak bisa mengetahui siapa pribadi-pribadi yang terlibat. Semua identitas hanya berupa kode (pseudo-anonymous).
Namun pseudo-anonymous ini bukan berarti negatif lho ya sehingga tidak bisa di-trace. Kita bisa melihat pergerakan transaksi pribadi-pribadi ini – kemana, kapan dan berapa jumlah Bitcoin yang mereka kirimkan.
Dan juga, jika pribadi-pribadi ini membuat alamat Bitcoin di perusahaan penyedia layanan dompet Bitcoin, biasanya perusahaan akan meminta data pelanggan mereka, sehingga ada informasi siapa pribadi pemilik ‘alamat Bitcoin’ tertentu.
Di sini peran perusahaan seperti ini sangat penting jika pemerintah ingin bekerjasama untuk memastikan mengenai tindakan pencucian uang atau apapun yang ingin diverifikasi (walaupun tiap perusahaan pasti punya cara sendiri-sendiri agar tindakan ini tidak terjadi).

#5 Transaksi secara langsung

Sesuai dengan definisi peer-to-peer, semua perpindahan Bitcoin terjadi secara langsung antara 2 pihak tanpa melalui perantara, dalam hal ini perbankan. Otomatis proses tersebut menjadi jauh lebih cepat, efisien dan murah.
Mau bukti? Contohnya saja saat ini saya ingin mengirimkan uang dari BCA ke istri saya di BCA juga. Ini gampang, karena sama-sama menggunakan rekening BCA dan jaringan BCA, maka perpindahan uang terjadi secara langsung.
Namun bagaimana jika istri saya hanya memiliki rekening BNI? Asumsikan saja saya transfernya di teller, bukan di ATM, maka dibutuhkan waktu beberapa jam agar uang tersebut bisa sampai ke istri saya, karena harus melalui proses kliring perbankan. Plus ada biaya tambahan yang timbul.
Nah sekarang bagaimana jika saya ingin mentransfer uang ke seseorang di luar negeri dengan rekening bank luar? Jauh lebih pajang jalurnya, karena melibatkan kliring secara internasional. Biaya? Jelas lebih tinggi lagi.
Nah, penggunaan Bitcoin menyederhanakan semua itu. Perpindahan Bitcoin antar pihak dapat dilakukan semudah, secepat dan seefisien transaksi pada contoh transfer sesama rekening BCA.

Tiga karakter Bitcoin

Dari penjelasan di atas, bisa disimpulkan ada 3 karakter utama dari Bitcoin:

1. Bitcoin sebagai alat pembayaran

Yes, karena ini adalah tujuan utama penciptaan Bitcoin, sebagai alat pembayaran yang kebal terhadap segala permasalahan moneter. Saat ini juga Bitcoin telah diterima sebagai alat pembayaran di banyak online merchant.

2. Bitcoin sebagai komoditas/alat investasi

Dengan jumlah yang terbatas, harga Bitcoin ditentukan oleh hukum supply dandemand, mirip seperti emas. Nilai atau harga yang berfluktuasi ini menjadi alasan untuk digunakan sebagai alat investasi. Namun untuk saat ini, dengan harga Bitcoin cukup fluktuatif, dibutuhkan strategi khusus untuk mencoba berinvestasi.
Bitcoin juga sudah bisa diperdagangkan selayaknya mata uang biasa di berbagai broker seperti Luno.

3. Bitcon sebagai instrumen terdesentralisasi

Bitcoin bersifat open manner, tidak mengenal batasan wilayah dan tidak diatur oleh regulasi apapun, serta tidak mengenal pihak perantara dalam perputarannya. Inovasi bisa dilakukan secara terus menerus dalam sebuah sistem yang melingkupi masyarakat secara global.

Larangan penggunaan Bitcoin sebagai alat pembayaran

Jangan salah mengerti tentang larangan pemerintah terhadap penggunaan Bitcoin di Indonesia yah.
Saat ini Bitcoin tidak boleh digunakan sebagai alat pembayaran di Indonesia karena satu-satunya alat pembayaran yang sah adalah Rupiah. Larangan yang sama pun berlaku atas mata uang yang lain seperti US Dollar. Tapi tidak ada larangan bagi yang ingin melakukan pembelian ataupun penjualan melalui exchange trader yang ada.
Jadi, banyak yang akhirnya membeli Bitcoin untuk investasi dan spekulasi saja, karena harga Bitcoin cenderung naik setiap tahunnya. Awal tahun 2017, harga Bitcoin hanya sekitar Rp12juta. Saat ini (red- Feb 2018), harganya sudah menyentuh Rp140juta (seperti yang dilansir di website Luno).

Cara mendapatkan bitcoin

So, sebagai penutup, jadi bagaimana nih cara mendapatkan Bitcoin? Secara umum ada 3 cara yang bisa dilakukan untuk memperoleh Bitcoin:

#1 Melalui transaksi jual beli

Dengan diterimanya Bitcoin sebagai alat pembayaran di beberapa merchant maka dengan sendirinya kita dapat memperoleh Bitcoin dengan cara melakukan penjualan barang dan jasa. Ini merupakan cara paling gampang dan murah untuk memperoleh Bitcoin.
Cuma yaitu tadi, di Indonesia belum boleh menggunakan Bitcoin sebagai alat pembayaran. So, ini buat sekedar tau aja dulu ya.

#2 Melalui broker.

Bitcoin juga bisa diperloleh melalui broker. Fungsi broker ini persis seperti “money changer” dimana kita bisa menukarkan uang biasa menjadi Bitcoin sesuai dengan nilai tukar yang berlaku saat terjadi transaksi.
Sama seperti yang kita lakukan ketika membeli atau menjual mata uang asing. Sudah ada beberapa broker Bitcoin di Indonesia, salah satunya adalah Luno.
Ini cara paling gampang sih. Tinggal transfer uang ke perusahaan penyedia layanan jual beli Bitcoin, terus klik Beli. Ketika kita mau jual (ketika harganya lagi naik) tinggal klik Jual. Gampang sekali. Apalagi sudah ada versi aplikasi dan website, jadi bisa dipilih yang mana yang paling nyaman untuk kita.

#3 Melalui kegiatan mining.

Ini adalah cara paling sulit karena melibatkan investasi tambahan dalam bentukhardware komputer. Namun karena proses mining saat ini banyak dilakukan oleh perusahaan besar, cukup sulit bagi perorangan untuk mencoba bersaing dengan mereka.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pengertian, jenis, dan contoh kasus flowchart

Tugas Sosial Dasar (Kasus Korupsi dan Diskriminasi)